Buku ini disusun untuk mengingatkan kita pada sosok alim penuh karisma itu.
Seorang ayah bagi jutaan umat manusia, bukan hanya umat Islam Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia.
Seorang kiai, guru, yang dengan penuh rasa sabar mengajari, menjadi teladan, serta menyejukkan melalui tutur dan tindakan yang lembut penuh kasih sayang.
Mengenang Mbah Moen adalah mengenang hari-hari indah penuh hikmah. Beliaulah sosok ulama yang kâmil (sempurna), baik secara ilmu pengetahuan, spiritualitas, maupun pengalaman.
Dalam tubuhnya mengalir deras DNA kesalihan dari seorang ayah dan ibu pendidik, keduanya berasal dari trah pesantren yang akrab dengan hikmah dan ilmu pengetahuan. Mbah Moen adalah manusia kesayangan langit yang juga disayang bumi.
Memandang beliau rasanya adem dan menentramkan. Pancaran cahaya wajahnya memendar dari jiwanya yang suci. Bukan suatu kebetulan jika pesantren yang diasuhnya bernama 'al-Anwar'—yang berarti ‘Pancaran cahaya-cahaya’—sesuai dengan diri beliau yang selalu menyinari penuh cinta dan kasih sayang.
Banyak orang ingin menjadi manusia beruntung, sukses dan bahagia dunia-akhirat, tidak merugi, dan bermanfaat untuk orang banyak. Tapi bagaimana caranya?
Buku ini mungkin bisa dijadikan salah satu alternatif kumpulan nasihat bijak yang layak kita baca dan renungkan, baik untuk diri sendiri, keluarga maupun untuk kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.